Sunday, July 24, 2016

Metodologi Pertemanan (2)

Teman. Memang kata tabu untukku. Pun untuknya. Namun, ketika seseorang yang terbiasa menganggap suatu hal tabu kini mulai gemar menggunakannya, tidak aneh bukan kalau hal itu disebut aneh?

Aku mulai menggunakan kata teman, bahkan sahabat untuk memanggilnya. Malu-malu aku ungkapkan betapa bersyukur aku berjumpa dengannya. Sebaliknya. Dia malah tak kurang dari dua-tiga kali menangis karenaku. Kelewat senang, ungkapnya. Entah sudah berapa kali ia menyatakan perasaannya padaku. Senang. Bersyukur. Haru.

Aku juga senang. Bersyukur? Sangat. Haru pun tak jarang datang. Mengapa tidak bisa aku bilang saja padanya tentang hal itu. Ah, tidak perlu kurasa. Tanpa bilang pun, aku tahu dia jelas tahu.

Tetap saja, ada rasa bersalah dan pertanyaan besar pada Tuhan, mengapa Kau biarkan aku dipertemukan dengan sahabat yang sempurna ini? Dia yang bahagianya terlalu sederhana. Karenanya, perlahan bahagia kutemukan dalam kesederhanaan senyumnya.

Thursday, September 17, 2015

Metodologi Pertemanan (1)

Kami berteman dengan sederhana.

Aku meminta,
lalu ia memberi.
Sesederhana itu.

Hingga begitu adanya, lagi, dan lagi. Sampai pada suatu titik, di mana ia tetap saja memberi. Tanpa aku meminta.

Lalu, kapan aku dapat memberi?

Sunday, August 30, 2015

Tidak Lagi

Aku hanya diam. Bukan karena tidak ada yang ingin kusampaikan.
Sebaliknya. Terlalu banyak.
Sungguh.
Aku diam,
karena aku terlalu takut.
Aku sengaja mengasingkan diriku. Mengisolasi hidupku dari kenyataan. Aku kesepian di antara ratusan manusia di sekelilingku.
Tapi, ah sudahlah. Aku memilih untuk tetap kesepian.
Namun ada segelintir orang ini yang dengan gampangnya merangkulku. Kemudian berkata, "Kita ini keluarga, bukan?"
Apa iya?
Tak sadar aku mengikuti langkah mereka. Mencoba berbagi sedikit dari banyaknya imajiku.
Hingga kemudian aku sadar. Dan bertanya, inikah jalan yang kupilih?  Setidaknya hingga detik ini, iya.
Aku tak juga sadar. Mengapa harus kubimbang. Di saat jawaban jelas tersirat.
Mereka tak membual. Apalagi mendusta. Mereka memang tulus menawarkan uluran tangan, menggandeng, merangkul, dan bahkan menjaga. Karena mereka sungguh sosok-sosok keluarga.
Keluargaku tak sesempit ayah-ibu, kakek-nenek, adik-kakak.
Ada mereka, keluargaku dan di saat yang bersamaan adalah sahabat-sahabatku.
Kuharap ikatan keluarga di antara kita akan terus menguat. Tak cukup rasanya bersama kalian di dunia saja. Kutunggu kalian di akhirat kelak, di surgaNya, aamiin.

Keluargaku,
Dewan Keluarga Masjid Al Furqan SMAN 3 Bandung.






Wednesday, July 8, 2015

Catatan Akhir SMP #5 : Apa Kabar Dunia

Apa Kabar Dunia
karya Fitria Budi Ananda, kelas VIII SMP.

Kubuka mata menatap dunia
dikala manusia menguah segalanya
berita bencana mnjadi hal biasa
satu dua nyawa seakan tak berharga


          Aku terpaku saksikan peristiwa
          ketika si kecil bersahabat dengan kerasnya kota
          ketika si mungil meringkuk di bawah sinar rembulan
          berjuang seorang diri melawan dinginnya malam


Aku membisu menyadari fakta
dikala jutaan manusia terlelap di kolong jembatan
beralaskan tanah berteman nyamuk nakal
tak hiraukan kebisingan di atas sana

          Namun apa?
          Para penguasa tertidur dengan nyenyaknya
          dalam bangunan mewah bak istana
          tak peduli derita rakyatnya

Apakah semua insan telah gila?
Apakah mereka terlalu lelah tuk berpikir?
Siluet masa depan menghantui
Apa kabar dunia esok hari?
 

Tuesday, July 7, 2015

Catatan Akhir SMP #4 : Pesan dari "Kakak"

Dari seseorang yang udah aku anggep kakak sendiri ...

" andai takdir bisa milih, aku pingin jadi insan jenius yang gak perlu belajar buat jadi bisa+pinter.. tapi Allah itu Maha Bijaksana, Dia dah ngasih takdir kita dari awal, bahkan sebelum kita lahir. Allah kayak gitu biar kita terus berusaha dan gak nyepelein semua yang udah Allah kasih buat kita. Tinggal kitanya, mau berusaha dengan baik, atau mau menyepelekan dengan hanya bersenang-senang di dunia tanpa diiringi beribadah sama Allah. Hidup adalah rangkaian peristiwa yang saling terhubung. Jadi upayakan tiap hari kita menjadi pelaku peristiwa baik."

Tuesday, May 5, 2015

Sepatah Dua Patah

Kadang kita tak mampu karena kita
terlalu menuntut diri untuk menjadi
SEMPURNA :)

Catatan Akhir SMP #3 : Beda

          Buah pemikiran yang tertulis di buku catatan seorang (yang dulunya) gadis kelas 9 SMP. Tertulis di Sleman, Yogyakarta, sekitar setahun silam.
Kata orang, hidup itu indah karena adanya perbedaan. Yap. Kalau manusia di seluruh dunia baik semua, shalih semua, buat apa ada Surga dan Neraka? Di dunia aja selamanya.

Kalau seluruh cewek mukanya sama, dan cowoknya juga, nggak ada kata cantik atau cakep di kamus bahasa manapun. Dan sama, kalau semua orang perfect, huh, basi, gak ada yang menarik dari sebuah kesempurnaan. Dan kata "BEDA" itu yang hadir di dunia, untuk menciptakan ragam dunia. Karena 'beda' itu, ada orang sukses, ada orang baik, cantik, cakep, tinggi, kurus. Coba kalau sama? Mana ada kata-kata itu? Iya, nggak?

Maka, kamu harus bangga kalau kamu BEDA! Eits. Beda apa dulu? BEDA dalam kebaikan, dong! Dan aku selalu melihat orang dari beda positif yang ada dalam dirinya, dan aku suka perbedaan. Tapi, PEMBEDAAN? Hiyeks. 

Pembedaan yang gimana sih? Ya. Misal, pembedaan dalam kasih sayang, dan masih banyak. Dan sering, aku jadi korban pembedaan. And I dislike it! 

Jadi, AKU suka BEDA dan AKU benci DIBEDAIN (titik)